Dengan adanya tugas Lingkungan Bisnis dari kampus tercinta Amikom YK, saya menjadi termotivasi dalam hal bisnis dan selalu berusaha membaca peluang bisnis yg ada di lingkungan sekitar. Dalam post kali ini saya akan membahas tentang seorang ibu yang membaca peluang untuk menjadi wirausahawati, sebut saja ibu Aah yang berdomisili di daerah Jawa Barat dan kemudian saya aplikasikan cerita dari beberapa teman saya ke dalam sebuah karya ilmiah ini.
Berikut contoh karya ilmiah tentang wirausaha.
Karya Ilmiah Tentang Wirausaha
Disusun oleh :
Nama : Nofa Dwi Purnomo
Nim : 14.11.8292
Jurusan/Prodi : S1 Teknik Informatika
Abstrak
Wirausaha merupakan suatu proses atau cara untuk melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk mendapatkan hasil atau keuntungan yang diharapkan dengan cara memproduksi, menjual atau menyewakan suatu produkk barang atau jasa.
Dalam menjalankan suatu usaha (wirausaha) seorang pelaku usaha harus memiliki :
1. Skill (kemampuan)
Seorang pelaku usaha harus memiliki skil (kemampuan) untuk berwirausaha karna tanpa skil (kemampuan) seorang pelaku usaha tidak akan mungkin bisa berwirausaha. Jadi skill (kemampuan) adalah modal utama yang harus dimiliki dalam berwirausaha.
2. Tekad (kemauan)
Apabilaseorang pelaku usaha telah mempunyai skill (kemampuan) tapi tanpa ada tekad (kemauan yang kuat) untuk berwirausaha maka skill (kemampuan) berwirausaha itu akan sia-sia karena tidak dapat tersalurkan. Jadi pada dasarnya skill dan tekad itu harus dimiliki oleh seorang pelaku wirausaha
3. Modal
Modal merupakan aspek yang sangat menunjag dalam hal memulai dan menjalankan suatu usaha disamping mempunyai skill dan tekad.
4. Target dan Tujuan
Seorang pelaku usaha apabila ingin menjalankan suatu usaha maka harus bisa menentukan targer dan tujuan pemasarannya. Karena apabila target dan tujuan tidak direncanakan maka usaha yang dijalankan tidak mungkin dapat bertahan lama.
5. Tempat
Tempat berwirausaha merupakan aspek yang harus dimiliki bila ingin menjalankan wirausaha. Karena tempat juga sangat menunjang dalam hal wirausaha dan bisa menjadikan suatu bahan pertimbangan oleh konsumen mengenai wirausaha yang sedang dijalankan.
Isi
A. SEJARAH SINGKAT
Ibu Aah adalah salah seorang dari banyak pemilik kos-kosan yang sukses. Beliau keturunan Bandung asli sedangkan suaminya Alm. Bapak Peman keturunan tasik. Mereka mempunyai 7 orang anak dan tinggal di daerah Pasteur yang kala itu belum di bangun jembatan layang. Singkat cerita setelah beberpa lama kemudian rumahnya digusur karena pada waktu itu ada proyek pembangunan jalan layang lalu akhirnya beliau pun membeli rumah yang sederhana yang berukuran 7x10 di daerah Gatot Subroto jln. maleer 4 No. 24C RT 006/RW002 yang dibeli pada tahun 1982 yang pada waktu itu beliau membelinya dengan harga Rp. 1.500.000,-. Namun berhubung suaminya mempunyai warisan rumah dari orang tuanya di Tasikmalaya tepatnya di daerah Manonjaya maka belia dan, suaminya beserta anak-anknya pindah ke Tasikmalaya tetapi dan rumah yang baru dibelinya di bandung dbiarkan kosong. Tak lama setelah pindah rumah ke Tasikmalaya suaminya meninggal dunia dan akhirnya beliau tinggal bersama bersama anak-anaknya. Beliau pun harus menghidupkan keluarganya sendiri tanpa suami tercinta.
Kemudian beliau membeli sebuah mesin jahit bekas dari tetanganya untuk membuka usaha jahit pakaian. Walaupun pengasilannya kecil tapi beliau tak penah mengeluh dan selalu menjalankan usahanya dengan penuh semangat dan kesabaran. Singkat cerita setelah 5 anaknya yang telah berkeluarga maka beliau beserta 2 anak yang masih sekolah pindah ke bandung untuk menempati rumah yang pernah dibelinya sekaligus untuk mencoba buka usaha jahit baju di Bandung. Setelah lama tinggal di bandung dengan penghasialan jahit baju yang pas-pasan dan anak-anaknya telah berkeluarga semua, akhirnya sekitar tahun 1998 secara tidak disengaja ada seseorang yang berasal dari Ambon mencari tempat kos dan kebetulan dirumahnya ada 1 kamar ukuran 2x3 yang kosong akhirnya kamar itu pun koskan. Kemudian uang kos yang didapatkan perbulannya selalu beliau sisihkan untuk ditabung. Akhirnya setelah satu tahun kemudian uang yang ditabungkannya itu beliau gunakan untuk memperbaiki rumahnya dan sekaligus membangun 6 kamar ke atas (tingkat) dengan ukuran masing-masing 2x3.
Tetapai maksud beliau membangun kamar tersebut bukan untuk di sewakan untuk jadi koskan melainkan untuk anak-anaknya apabila datang mengunjunginya agar tidak berebut kamar karena semua anaknya telah berkeluarga. Namun karena anak-anaknya tidak setiap hari berkunjung dan tidak selalu berbarengan apabila berkunjung maka kamarnya selalu kosong dan beliau pun akahirnya berpikir untuk menjadikannya kamar kosan. Setelah berunding dengan anak-anaknya dan diijinkan untuk dijadikan kamar kos maka ke 6 kamar barunya pun dijadikan kosan
B. OMSET
Pada awalnya pendapatan pertama adalah Rp. 200.000,- perbulan karena pada saat itu hanya ada satu kamar yang terisi. Tapi beliau tak pernah mengeluh dan selalu bersabar menunggu kamar kos lainya ada yang mengisi, akhirnya dengan kesabarannya lama-lama kosannya pun penuh dan selalu ada yang ngisi apabila ada kamar kos yang kosong. Kebanyakan penghunikosnya adalah mahasiswa dan pegawai.
Pada saat itu pendapatannya Rp. 1.400.000,-perbulan dan uang hasilnya pun selalu beliau sisihkan untuk ditabung. Kemudian tahun berikutnya karena ada kenaikan harga BBM dan listrik harga kosan pun naik menjadi Rp. 250.000,- per bulan dan pendapatanya bertambah menjadi Rp. 1.750.000,- tapi masih penghasilan kotor. Untuk penghasilan bersihnya diperkirakan hanya Rp. 1.500.000,-
Setelah beberapa tahun kemudian sekitar tahun 2005 beliau berfikir untuk membangun kamar kosan baru di deerah berbeda tapi pada saat itu yang menjadi kendala utama saat pross pembangunannya adalah modal. Beliau masih kekurangan modal karena uang tabungannya masih kurang untuk membangun kosan baru yang memerlukan modal yang cukup besar. Beliau pun tak pernah putus asa dan akhirnya beliau berfikir untuk meminjam modal tambahan ke bank.
Singkat cerita kamar kos barunya pun selesai dibangun dengan jumlah kamar 22 dengan ukuran 2x3 dengan harga Rp. 400.000,- perkamar perbulan pendapatan kotor dari kosan barunya adalah Rp. 8.800.000,- per bulan. Belum lagi beliau harus bayar cicilan ke bank selama 5 tahun cicilan. Jadi diperkirakan pendapatan bersih perbulanya adalah Rp. 5.000.000,- tapi kini setelah cicilan ke banknya selesai penghasilannya bertambah menjadi Rp. 7.000.000,- per bulan.
Kamar kosan juga akan naik harganya apabila 1 kamar diisi oleh 2 orang. Karna apabila 1 kamar di isi 2 orang maka harga kos menjadi Rp. 500.000,- jadi tiap bertambah 1 orang maka harga kos bertambah Rp. 100.000,-. Misalkan tiap kamar diisi 2 orang maka pendapatannya menjadi Rp. 11.000.000,- tapi itu masih penghasilan kotor di perkirakan penghasilan bersihnya sekitar Rp. 7.000.000,- per bulan dari kosan barunya. Jadi total penghasilan bersih dari kosan lama dan kosan baru diperkirakan mencapai Rp.8.500.000,- perbulan dan kini telah mencapai Rp. 10.000.00,- perbulan seelah cicilan ke banknya selesai.
Menurut ibu Aah, Rencana tahun kedepannya beliau akan membangun kosan lagi di daerah Pasteur/Tamansari (daerah tempat tingalnya dulu) dan Tasikmalaya (tempat kelahiran suaminya) karena beliau berencana ingin pindah lagi dan menetap selamanya di Tasikmalaya. Tetapi katanya pembangunan kosan itu masih dalam tahap perencanaan jadi belum dapat dipastikan kapan akan dimulai pembangunannya, selain itu beliau juga punya rencana untuk pergi haji terlebih dahulu. Apabila kosan yang beliau rencanakan jadi maka beliau diperkirakan akan mendapatkan pendapatan sekitar Rp. 30.000.000,- perbulannya untuk kosan baru yang direncanakanya itu. Tapi meurut beliau kosan barunya itu akan dibangun setelah selesai melaksanakan haji.
Ibu Aah adalah salah seorang dari banyak pemilik kos-kosan yang sukses. Beliau keturunan Bandung asli sedangkan suaminya Alm. Bapak Peman keturunan tasik. Mereka mempunyai 7 orang anak dan tinggal di daerah Pasteur yang kala itu belum di bangun jembatan layang. Singkat cerita setelah beberpa lama kemudian rumahnya digusur karena pada waktu itu ada proyek pembangunan jalan layang lalu akhirnya beliau pun membeli rumah yang sederhana yang berukuran 7x10 di daerah Gatot Subroto jln. maleer 4 No. 24C RT 006/RW002 yang dibeli pada tahun 1982 yang pada waktu itu beliau membelinya dengan harga Rp. 1.500.000,-. Namun berhubung suaminya mempunyai warisan rumah dari orang tuanya di Tasikmalaya tepatnya di daerah Manonjaya maka belia dan, suaminya beserta anak-anknya pindah ke Tasikmalaya tetapi dan rumah yang baru dibelinya di bandung dbiarkan kosong. Tak lama setelah pindah rumah ke Tasikmalaya suaminya meninggal dunia dan akhirnya beliau tinggal bersama bersama anak-anaknya. Beliau pun harus menghidupkan keluarganya sendiri tanpa suami tercinta.
Kemudian beliau membeli sebuah mesin jahit bekas dari tetanganya untuk membuka usaha jahit pakaian. Walaupun pengasilannya kecil tapi beliau tak penah mengeluh dan selalu menjalankan usahanya dengan penuh semangat dan kesabaran. Singkat cerita setelah 5 anaknya yang telah berkeluarga maka beliau beserta 2 anak yang masih sekolah pindah ke bandung untuk menempati rumah yang pernah dibelinya sekaligus untuk mencoba buka usaha jahit baju di Bandung. Setelah lama tinggal di bandung dengan penghasialan jahit baju yang pas-pasan dan anak-anaknya telah berkeluarga semua, akhirnya sekitar tahun 1998 secara tidak disengaja ada seseorang yang berasal dari Ambon mencari tempat kos dan kebetulan dirumahnya ada 1 kamar ukuran 2x3 yang kosong akhirnya kamar itu pun koskan. Kemudian uang kos yang didapatkan perbulannya selalu beliau sisihkan untuk ditabung. Akhirnya setelah satu tahun kemudian uang yang ditabungkannya itu beliau gunakan untuk memperbaiki rumahnya dan sekaligus membangun 6 kamar ke atas (tingkat) dengan ukuran masing-masing 2x3.
Tetapai maksud beliau membangun kamar tersebut bukan untuk di sewakan untuk jadi koskan melainkan untuk anak-anaknya apabila datang mengunjunginya agar tidak berebut kamar karena semua anaknya telah berkeluarga. Namun karena anak-anaknya tidak setiap hari berkunjung dan tidak selalu berbarengan apabila berkunjung maka kamarnya selalu kosong dan beliau pun akahirnya berpikir untuk menjadikannya kamar kosan. Setelah berunding dengan anak-anaknya dan diijinkan untuk dijadikan kamar kos maka ke 6 kamar barunya pun dijadikan kosan
B. OMSET
Pada awalnya pendapatan pertama adalah Rp. 200.000,- perbulan karena pada saat itu hanya ada satu kamar yang terisi. Tapi beliau tak pernah mengeluh dan selalu bersabar menunggu kamar kos lainya ada yang mengisi, akhirnya dengan kesabarannya lama-lama kosannya pun penuh dan selalu ada yang ngisi apabila ada kamar kos yang kosong. Kebanyakan penghunikosnya adalah mahasiswa dan pegawai.
Pada saat itu pendapatannya Rp. 1.400.000,-perbulan dan uang hasilnya pun selalu beliau sisihkan untuk ditabung. Kemudian tahun berikutnya karena ada kenaikan harga BBM dan listrik harga kosan pun naik menjadi Rp. 250.000,- per bulan dan pendapatanya bertambah menjadi Rp. 1.750.000,- tapi masih penghasilan kotor. Untuk penghasilan bersihnya diperkirakan hanya Rp. 1.500.000,-
Setelah beberapa tahun kemudian sekitar tahun 2005 beliau berfikir untuk membangun kamar kosan baru di deerah berbeda tapi pada saat itu yang menjadi kendala utama saat pross pembangunannya adalah modal. Beliau masih kekurangan modal karena uang tabungannya masih kurang untuk membangun kosan baru yang memerlukan modal yang cukup besar. Beliau pun tak pernah putus asa dan akhirnya beliau berfikir untuk meminjam modal tambahan ke bank.
Singkat cerita kamar kos barunya pun selesai dibangun dengan jumlah kamar 22 dengan ukuran 2x3 dengan harga Rp. 400.000,- perkamar perbulan pendapatan kotor dari kosan barunya adalah Rp. 8.800.000,- per bulan. Belum lagi beliau harus bayar cicilan ke bank selama 5 tahun cicilan. Jadi diperkirakan pendapatan bersih perbulanya adalah Rp. 5.000.000,- tapi kini setelah cicilan ke banknya selesai penghasilannya bertambah menjadi Rp. 7.000.000,- per bulan.
Kamar kosan juga akan naik harganya apabila 1 kamar diisi oleh 2 orang. Karna apabila 1 kamar di isi 2 orang maka harga kos menjadi Rp. 500.000,- jadi tiap bertambah 1 orang maka harga kos bertambah Rp. 100.000,-. Misalkan tiap kamar diisi 2 orang maka pendapatannya menjadi Rp. 11.000.000,- tapi itu masih penghasilan kotor di perkirakan penghasilan bersihnya sekitar Rp. 7.000.000,- per bulan dari kosan barunya. Jadi total penghasilan bersih dari kosan lama dan kosan baru diperkirakan mencapai Rp.8.500.000,- perbulan dan kini telah mencapai Rp. 10.000.00,- perbulan seelah cicilan ke banknya selesai.
Menurut ibu Aah, Rencana tahun kedepannya beliau akan membangun kosan lagi di daerah Pasteur/Tamansari (daerah tempat tingalnya dulu) dan Tasikmalaya (tempat kelahiran suaminya) karena beliau berencana ingin pindah lagi dan menetap selamanya di Tasikmalaya. Tetapi katanya pembangunan kosan itu masih dalam tahap perencanaan jadi belum dapat dipastikan kapan akan dimulai pembangunannya, selain itu beliau juga punya rencana untuk pergi haji terlebih dahulu. Apabila kosan yang beliau rencanakan jadi maka beliau diperkirakan akan mendapatkan pendapatan sekitar Rp. 30.000.000,- perbulannya untuk kosan baru yang direncanakanya itu. Tapi meurut beliau kosan barunya itu akan dibangun setelah selesai melaksanakan haji.
Referensi
- Google
- Cerita teman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar